Mantan Preman Sekolah yang Kini Menjadi Ustadz

Tulisan ini saya buat satu tahun lalu (tapi lupa diposting -__- ), setelah pertemuan saya dengan teman SMA yang dulu “berandalan” stapi sekarang jadi pengasuh pondok pesantren didesa Banyakan , Kediri .

=========================================================

“TIDAK PEDULI SEBURUK APAPUN MASA LALUMU,

MASA DEPANMU MASIH SUCI”

Pagi ini saya mendapatkan sebuah pelajaran bahwa dalam hidup orang itu berproses. Berproses menjadi baik dan semakin baik. Tidak munafik, bahwa saya sendiri masih sangat jauh untuk disebut baik. Masih jauh sekali dari kata baik. Bila ada yang kebetulan mengatakan saya baik, itu merupakan kebaikan dari ALLAH yang menutup aib saya. Pagi ini Allah mempertemukan saya dengan seorang teman yang darinya saya banyak belajar.

Diperjalanan menuju toko tadi pagi, ada yang manggil saya. Karena merasa ngga kenal jadi saya cuekin aja. Itu pasti anak pondok yang nyapa temannya, pikir saya sih gitu. Saya Cuma punya satu orang teman yang mondok di Lirboyo, dan itupun jarang banget ketemu. Nah, pas dijalan tuh orang kok ngikutin saya terus. Aduhh gimana dong, saya liat dari spion tuh orang ngikuti saya apalagi sambil senyum-senyum gitu. Saya semakin takut , aduh gimana dong kalo ada yang niat jahat *udah kepikiran jelek*

Orang tadi semakin dekat, dan tiba-tiba dia bilang “ Desi, SMA Lima?”  . Hah, orangnya tahu nama saya dan tahu saya dulu SMA 5. “Iya, siapa ya?” . “Eh, sek sek ya, nang kono ae” . Dia lalu ngegas motornya mendahului saya, pas di area pondok. Aduh siapa ya? Pas nyampek ditoko saya berhenti. Eh dianya ikut berhenti. Orang yang ngikutin saya dari tadi ternyata teman saya waktu SMA. Rupanya waktu telah merubah dirinya , menjadi seorang anak pondokan hihii. Tanpa bersalaman, dia lantas menanyakan kabar saya. Saya begitu kaget melihat dia sekarang, jauh berbeda dengan dia yang dulu.

Bukan bermaksud membuka aibnya, tapi sungguh teman saya ini dulunya berandalan nomer satu disekolah bersama geng-genges nya. Semasa SMA dia bersama teman-temannya sering bolos dikantin belakang kelas saya. Dari situ juga saya kenal dia dan teman-temannya. Tidak hanya kenal, tapi dia sering malak saya. Minta duit seribu dua ribu buat beli rokok.. Masalah pergaulan, sudah jangan ditanyakan lagi gimana. Tapi sekarang dia berubah, dan dia bilang dia senang bisa bertemu teman SMA nya. Sejak lulus sekolah dia masuk pondok, dan hilang contact dengan teman-temannya yang lainnya.

Saya yang masih kaget , nggak percaya banget dia bisa jadi begitu. Dasar saya iseng, saya guyoni dia “nggeh gus” Haha. Dia lalu bercerita tentang kehidupannya yang sekarang. You know gaess? Sekarang dia jadi pengasuh di pondok pesantren milik keluarganya. Sejak abahnya meninggal, dia yang menjadi “pewaris tunggal” yayasan milik keluarganya karena hanya dia satu-satunya anak laki-laki. Dia yang dulu suka jelalatan apalagi sama cewek, sekarang mendadak diam. Setiap kali saya guyoni dia hanya bilang “Aduhh ojo ngono to”, “astaghfirullah” , sangat jauh dengan dia yang dulu hehe.

Dia juga bercerita tentang anak didiknya, yang kalau dia bilang cerminan dirinya dulu. Kalau dulu dia nakal, sekarang dia harus mendidik anak-anak didik dipondoknya yang juga nakal-nakal seperti dia dulu. Dari cara berpikirnya, dari cara ngomongnya semuanya berubah. Menjadi agamis, menjadi religius. Dalam pikiran sekarang hanya ada santri-santrinya , mikirin gimana mendidik santri-santrinya. Dia juga sempat mengomentari saya , yang sekarang pakai jilbab. Selain itu dia juga “menceramahi” saya tentang hal-hal yang intinya supaya sesuai dengan aturan agama. Saya Cuma jawab nggeh gus, sambil cekikikan. Hahaha.

“Keajaiban itu bernama Hidayah”

Saya dan mungkin teman-teman yang lain (yang kenal dia dulu) nggak akan percaya kalau teman saya yang tadi bisa mejadi seorang pengasuh pondok pesantren. Bahkan tadi, pas salah seorang teman saya yang sejak SMA mondok di Lirboyo nggak sengaja lewat dan melihat kami dia langung puter balik haha. Mungkin dia ingin memastikan , yang sedang bersama saya itu benar teman satu kelasnya dulu atau bukan.  Mendadak saya canggung dan merasa aneh berada diantara dua lelaki pondokan ini *melipir-melipir* .

Setelah pertemuan saya dengan dua orang teman SMA tadi saya jadi merasa malu. Malu pada diri sendiri. Teman saya yang mantan berandalan sekarang jadi pengasuh pondok pesantren. Bukankah ini sesuatu yang luar biasa? Sungguh Allah itu maha baik ya , semoga saya bisa mengikuti jejak hijrah teman saya itu. Dan semoga dia bisa kuat memegang amanah menjadi pembina bagi anak-anak dipondok pesantren nya . PROUD OF YOU, Suzin : ).

Ps : waktu ngobrol sama saya dia lebih sering nunduk, dan dia juga enggak berani salaman sama saya. Dia juga berpesan pada saya untuk menjaga diri dan kehormatan saya sebagai perempuan. Kisah hidupnya dulu, kenakalannya dia adalah sesuatu yang amat dia sesali. Terimakasih , Allah telah engkau pertemukan aku dengannya : ) .

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.