Sejujurnya saya bingung mau ngasih judul apa tulisan saya ini. Mungkin tulisan saya ini adalah tulisan galau dan mungkin bisa jadi kontroversi. Tapi saya benar-benar galau sodara-sodara. Mohon maaf jika tulisan saya ini sedikit menyinggung orang lain, atau bahkan terkesan munafik, What ever lah yang jelas saya resah dengan keadaan yang terjadi sekarang.
Oke baiklah, saya mulai tulisan saya yang bertemakan hijabers. Saya sudah pernah menulis tentang hijabers untuk tugas saya, dan terlibat langsung dalam komunitas hijabers walaupun hanya sebentar dan semata-mata karena penelitian untuk tugas. Saya bukan orang yang pro ataupun kontra dengan adanya fenomena hijabers yang belakangan menjamur dimana-mana.
Secara pribadi saya menanggapi positif karena makin banyak wanita yang berjilbab dan modis, modis sih boleh tapi jangan “kebacut” dong. Saat memutuskan untuk berjilbab dikahir tahun 2010, ada rasa ragu dihati saya , takut tidak bisa modis lagi. Bahkan tidak sedikit yang mengkritik dan mencemooh saya saat pertama memakai jilbab. Dibilang ga modis lagi lah, gak gaul lah, ga keren lah sampai yang paling parah harus kucing-kucingan padahal Cuma pengen pakai jilbab saat keluar rumah. Berangkat dari rumah dandan biasa, rambut diurai tapi didalam tas ada jilbab yang baru dipakai pas udah agak jauhan dari rumah. *serius* *pasang tampang meyakinkan* wkwkwkw.
Tapi lama-lama anggapan berjilbab gak modis hilang berganti jilbab gaul dan modis. Tentu bagi saya itu sesuatu yang sangat menyenangkan karena saya masih bisa menutup aurat tapi tetap terlihat modis. Semodis-modisnya saya waktu itu gak pernah pakai pakaian ketat lagi. tapi masih tetap tidak meninggalkan skiny jins bahkan sampai sekarang hehe. Sebagai orang yang awam agama, dan pengen banget belajar agama jilbab bagi saya sesuatu yang suci. Ketika memutuskan berjilbab dulu, saya sampai harus jauh2 ke Jakarta buat ngejar hidayah *lebay tingkat kecamatan* (Jakarta, 2010 menjadi turning-poin dalam hidup saya, oleh-olehnya ya jilbab yang sekarang saya pakai ini 😀 )
Tapi, sekarang keadaannya terbalik. Saya merasa sedikit tidak nyaman dengan jilbab saya seiring dengan perkembangan tren busana muslimah sekarang. Sebagai muslimah setengah mateng seperti saya, berada dititik pesimpangan antara “Jilbabers” dan “Hijabers”. Selama hampir tiga tahun berjilbab model jilbabdan pakaian saya ya itu-itu aja. Model inilah yang “sering” saya pakai sehari-hari.

Tak jarang saya merasa risih dan tidak nyaman sendiri melihat gaya berjilbab teman-teman saya dikampus. Bahkan merasa malu sendiri. Entah saya yang gak fashionable, atau cupu , tapi gimana ya, rasanya risih aja melihat orang yang pakai pakaian super ketat (lebih mirip manset yang biasa saya pakai kalau sedang memakai baju pendek), skiny jins yang juga super ketat, plus high hells 7-11cm, tapi dikepalanya tertutup jilbab (kadang nutupi dada kadang enggak dan bentuknya macem2).
Terus terang saya memang bukan seorang muslimah seutuhnya, saya sendiri juga ingin tampil modis walaupun berjilbab, tapi please… ya gak segitunya kali. Gak harus pakai jilbab setinggi 5m kan? Apa mau nyaingi jambul khatulistiwanya Syahrini? Atau pakaian yang ketatnya kayak penyanyi dangdut koplo? BUKAAAN… NOO NOO bukan begitu yang saya inginkan. Dan terus terang saya gak nyaman ngliat yang beginian, apalagi ada teman saya yang nasrani sering ngomongin model dan gaya jilbab begituan. Sebagai orang yang sama-sama memakai jilbab saya MALU!.
“heii desi, lo munafik. Lo kan gak ada bedanya ma mereka.
Lo masih pakai skiny jins,
baju juga gak panjang-panjang amat (kadang gak nutup pantat),
jilbab juga begitu-begitu aja”
BETUL!! BETUL banget!! Saya ini memang masih abu-abu. Dikatakan hijabers bukan, dikatakan jilbabers juga bukan. Masih labil ekonomi saya :D. Saya pernah mencoba dua-duanya ( Jilbabers dan Hijabers) dan SAYA TIDAK NYAMAN. Ketika memakai jilbab ala hijabers paling lama hanya bertahan sampai jam istirahat saat kuliah. Abis itu balik lagi model biasa yang saya pakai. Juga ketika bergaya ala Jilbabers (saya sebut jilbabers karena ketika menyebut jilbabers merujuk pada Rok panjang, baju longgar, dan jilbab panjang menutup dada yang saya pakai) SAYA JUGA TAK NYAMAN. Ngrasa belum pantes aja, kelakuan juga masih gini-gini aja. Apalagi ketika pakai baju ala jilbabers teman-teman saya selalu berkomentar saya seperti anak pondokan tapi kok nadanya ngece gitu :p.
Pakaian muslimah dan jilbab khususnya jilbab modis ala hijabers yang sekarang lagi ngetrend terkesan bukan lagi sesuatu yang suci. Padahal keduanya adalah alat agama yang seharusnya ketika memakainya diharapkan bisa menjadi muslimah seutuhnya gak Cuma pakaiannya yang muslimah. Terus terang, saya sendiri juga masih jauh dari kata baik, tapi jujur berjilbab membuat saya semakin berhati-hati dalam bertindak maupun berucap. Sholat juga makin rajin, malu kan ya kalau berjilbab tapi gak sholat. Entah gimana ceritanya jilbab yang saya pakai, meskipun masih ala kadarnya tapi selalu sukses bikin saya nyaman dan aman dimanapun. Berjilbab yang ala kadanya itu, turut mempengaruhi pola pikir saya, cara saya melihat sesuatu.
Jadi harus gimana dong? Saya galau sodara-sodara!! -___-